SISTEM EKONOMI DAN SISTEM POLITIK
Sistem ekonomi dan sistem
politik merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda
yang kemudian dikolaborasikan dan memunculkan istilah ekonomi politik. Dalam
ilmu ekonomi masih mengadopsi pendekatan ilmu eksaks yang biasanya mengunakan
teknikal analisis. Ekonomi dan politik berada ditengah-tengahnya yang biasanya
mengunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Namun yang jelas, ekonomi
politik pada hakikatnya adalah melihat hubungan timbal balik antara kepentingan
ekonomi dan kepentingan politik. Akan selalu ada motif yang mengiringi
perjalanan dibalik keduanya. Tidak jarang kita pernah mendengar besarnya
pengaruh politik dalam ekonomi, baik dalam institusi politik maupun
kebijakan pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Kebijakan publik pemerintah
dibidang industri sangat besar pengaruhnya terhadap perintisan terhadap
perkembangan yang biasa disebut Rostow, tahap
tinggal landas, hasil tesis Olson mengatakan bahwa kepolitikan nasional
(Institusioanl sclerosis) di suatu negara menyebabkan merosotnya
rata-rata pertumbuhan ekonomi negara itu.
Indonesia diberikan oleh Sang Maha Pemberi sumber daya
alam yang kaya dan melimpah, budaya lokal hamper di seluruh daerah dan
suku mengenal nilai nilai adi luhung seperti empati, gotong royong, religius,
rela berkorban untuk kepentingan lebih besar, tanpa pamrih, dan menghormati
yang lebih tua. Berbekal nilai nilai adi luhung ini sebenarnya ditata
sedemikian rupa sehingga budaya lokal yang penuh keberagaman menjadi kesatuan
yang utuh. Dominasi negara yang berlebihan adalah refleksi sistem kekuasaan
yang otoriter, sebaliknya demokrasi berlebihan diikuti oleh pembenaran diri
sendiri membuktikan ketidak berdayaan negara menghadapi keanekaragaman dan
dinamika kehidupan sosial. Modal terpenting bangsa adalah aspek manusia sebagai
subyek sekaligus obyek utama pembangunan yang harus dikelola dengan semestinya.
Ditangan bangsa yang berkarakter kokoh segala jenis kekayaan dan aset yang
dimiliki niscaya bisa dikelola secara optimal demi sebesar besarnya kemakmuran
rakyat.
Tetapi rakyat Indonesia masih kurang bersahabat
dengan kemapanan, padahal dalam ideologinya disebutkan bahwakekayaan negera
dipergunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat, dimana letak kesalahan
sistem yang kita bangun? Relatif sulit semua yang di kelolah pemerintah
maju, hampir rata-rata perusahan badan usaha negara rugi dan sulit untuk
berkembang, PLN dan pertamina, krakatau still. Nasionalisasi perusahaan tidak
mampu menjadikan kita menjadi bangsa yang mandiri, hampir relatif sedikit
sekali badan usaha negara kita yang bisa bertahan lama, entah kapan atau bisa
jadi basok gulung tikar, ini sangat bahaya ketika ini diambil oleh pasar, maka
pengalaman kita ketika menjual indosat, terbukti sekarang pulsa menjadi mahal,
karena harga telah didominasi oleh swasta, negara seakan tidak berdaya dalam
menghadapi ini semua. Jika kita bandingkan dengan Cina misalnya, sampai
sekarang masih banyak perusaahan negara yang bertahan, dan mampu
mensejahterakan rakyatnya. Indonesia kalau kita lihat secara sepintas sedang
menuju neoliberalisme yang tidak lagi terkontrol.
Sekedar mencontohkan adanya kepentingan atau motif politik lebih kuat dari magnetekonomi itu
sendiri, artinya ekonomi kerakyatan tersandera oleh politik. Yang
membuat RUU migas misalnya di buat oleh Usaid atau bule-bule asing bersama LSM,
dari pihak asing dititipkan kata-kata dibeli untuk kepentingan usaha atau bisnis
mereka, berkembangnya perusahaan asing di Indonesia tentu akan merugikan
dan berbahaya terhadap migas di negeri ini. Sedangkan naskah dalam
klausul ekonomi UUD 1945 mengutamakan keadilan dan kesejahteraan sosial bukan
kesejahteraan orang per orang, bahkan kekayaan alam dikuasai negara dan
menempatkan BUMN secara strategis.
REFERENSI:
- Dr. Tulus T.H Tambunan, 2009. Perekonomian Indonesia. Bogor, Galia Indonesia
- http://ekonomiplanner.blogspot.com/2014/06/sistem-ekonomi-politik-indonesia_14.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar