Sabtu, 25 April 2015

Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi

PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

Berubahnya krisis  rupiah menjadi suatu krisis ekonomi  paling besar yang pernah dialami Indonesia karena buruknya fundamental ekonomi nasional. Sedangkan lambatnya proses pemulihan ekonomi nasional lebih disebabkan oleh kondisi politik,sosial, dan keamanan di dalam negri yang kenyataannya sejak reformasi dicetuskan. Sedangkan faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap prospek perekonomian Indonesia adalah prospek perekonomian dan perdagangan dunia, Faktor eksternal lainya yang harus diperhitungkan dalam memprediksi prospek pertumbuhan ekonomi adalah kondisi politik global, Tingginya  resiko negara di Indonesia membuat arus investasi asing ke dalam negeri cenderung terus menurun.

Berdasarkan pembahasan ini, mereka memperdebatkan angka-angka estimasi mengenai pertumbuhan TFP di banyak studi-studi emperis lainya yang cenderung berlebihan,

Indikator dapat menunjukan kondisi kesejahteraan yang sebenarnya, bisa saja tingkat pendapatan di suatu negara tinggi namun sebagaian besar (misalnya lebih dari 50%) dari pendapatan nasional negara tersebut dinikmati oleh hanya sebagian kecil (kurang 50%) dari penduduknya. Hal ini dapat dilihat dari target pertumbuhan yang selalu ditetapkan pemerintah secara eksplesit disetiap penyusutan replita. Walaupun dalam kenyataanya pada setiap akhir replita realisasi pertumbuhan tidak selalu sama seperti target yang ditetapkan sebelumnya , kadang-kadang lebih tinggi , kadang-kadang lebih karena kondisi internal atau eksternal yang saat itu tidak terlalu kondusif. Jika misalnya, laju pertumbuhan ekonomi 7%, sedangkan laju pertumbuhan penduduk 2%, maka laju pertumbuhan pendapatan perkapita 5%. Apabila ekonomi mengalami resesi, misalnya kontraksi 3%, dengan laju penambahan penduduk 2%, pendapatan perkapita mengalami kontraksi sebesar 5%. Saldo yang mencakup netto ekspor disebut saldo transaksi berjalan di neraja perdagangan barang dan jasa. Selain itu, saldo transaksi berjalan juga mencakup transaksi keuangan “satu arah”, seperti  dana bantuan dari luar negeri dan penerimaan bunga tabungan /dividen dari Investasi di luar negeri. Dalam kata lain, di dalam perdagangan internasional, Indonesia adalah Price taker , artinya Indonesia tidak bisa menetapkan sendiri harga untuk produknya. Dalam komoditi-komoditi tertentu, Indonesia juga sebagai output taker karena Indonesia tidak bisa menentukan sendiri berapa besar produksinya.

REFERENSI: 
  1. Dr. Tulus T.H Tambunan, 2009. Perekonomian Indonesia. Bogor,  Galia Indonesia
  2. https://utaminindita.wordpress.com/2011/03/10/pertumbuhan-dan-perubahan-struktur-ekonomi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar