Keimanan dan Ketaqwaan
Iman artinya mempercayai dengan hati, mengucapkan dengan
lidah, melakukan dengan perbuatan. Mengucapkan dua kalimat syahadat adalah
salah satu syarat agar seseorang dikatakan beriman kepada Allah swt dan
Rasulullah saw. Tidak akan sempurna iman seorang hamba sehingga apa yang ada
ditangan Allah swt lebih dipercayainya daripada apa yang ada ditangannya
sendiri. Diantara tanda-tanda yang dapat dipercaya atas agama Allah swt setelah
pengakuan dan perbuatan adalah tegas dalam perintahnya, adil dalam hukumnya, dan
mempunyai sifat belas kasih terhadap rakyatnya.
Taqwa berarti memelihara diri dari siksaan Allah dengan
mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dan selain itu
pengertian taqwa juga dapat ditambahkan dengan menerima dengan ikhlas (ridho)
atas segala hukum-hukum dan ketentuan Allah.
4 pilar keimanan dan ketaqwaan dalam Islam menurut Imam ‘Ali
bin Abi Tholib k.w. :
1.
Sabar :
a.
Rindu (syauq), barang siapa yang merindukan
surga ia akan melupakan segala godaan
hawa nafsu.
b.
Takut (syafaq), barang siapa yang taku akan
neraka ia akan meninggalkan segala yang diharamkan.
c.
Zuhud, barang siapa yang zuhud didunia ia akan
menganggap ringan segala musibah.
d.
Antisipasi (taroqqub), barang siapa yang
mengantisipasi kematian ia akan bergegas melakukan amal-amal kebajikan.
2.
Iman :
a.
Memandang segala sesuatu dengan ketajaman
pikiran, maka ia akan jelas mendapatkan hikmahnya.
b.
Menafsirkan dengan hikmah, maka ia akan mengenal
pelajaran.
c.
Menjadikan pelajaran sebagai nasihat, maka
seakan-akan dia akan termasuk orang-orang terdahulu.
d.
Sunnah orang-orang terdahulu.
3.
Keadilan :
a.
Menyelami pemahaman, maka ia akan mengalami
kedalaman ilmu.
b.
Mendalami ilmu, maka ia akan keluar dari
syariat-syariat hukum.
c.
Mengetahui inti sari hukum.
d.
Kukuh dalam kesabaran, dia tidak akan melampaui
batas dalam semua urusannya dan akan hidup ditengah-tengah masyarakat sebagai
orang terpuji.
4.
Jihad :
a.
Mengajak kepada kebaikan, maka dia telah
membantu orang-orang mukmin.
b.
Mencegah kemungkaran, maka dia telah merendahkan
orang-orang kafir.
c.
Lurus dalam setiap keadaan, maka dia merasakan
semua kebutuhannya terpenuhi.
d.
Membenci orang-orang fasik, maka Allah akan
marah karena marahnya dan Dia akan menjadikannya ridho pada hari kiamat.
Ketakwaan dan keimanan seorang mukmin mempunyai 3 waktu;
waktu dia bermunajat kepada Tuhan-nya, waktu dia bekerja, dan waktu dia
menikmati kesenangan dirinya (yang dihalalkan). Orang bijak hanya merasa mantap
pada 3 keadaan yaitu; memperbaiki kehidupannya, melangkah dalam urusan akhirat,
dan menikmati kesenangan dalam yang tidak diharamkan.
Implikasi
Iman dalam Islam
Iman yang pertama ditujukan kepada Allah swt kemudian dengan
iman kepada malaikat-malaikat Allah, kitab suci Al-Quran, rasul-rasul-Nya, hari
akhir, dan kepada qada dan qadar. Semua itulah yang dimaksud dengan rukun iman
yang berjumlah enam unsur keimana yang harus diyakini. Dalam suatu hadist
Rasulullah saw pernah bersabda bahwa iman itu cabangnya lebih dari enam puluh,
dan perasaan malu adalah salah satu cabang dari iman (diriwayatkan oleh Imam
Bukhari).
Cabang iman yang paling tinggi yaitu mengakui bahwa tiada
Tuhan yang patut disembah selain Allah swt dan yang paling rendah yaitu
menyingkirkan apa saja yang dapat mendatangkan celaka (Diriwayatkan oleh Iman
Muslim). Jadi iman itu meliputi seluruh perbuatan yang mengandung kebaikan dan
manfaat terhadap manusia dan makhluk lainnya yang dapat kita sebut dengan ‘amal
shalih’.
Oleh karena itu islam sangat berkaitan dengan perbuatan,
yaitu perbuatan yang baik yang tentunya didasarkan karena Allah semata.
Perbuatan yang serupa inilah yang disebut dengan ‘ibadah’. Menurut bahasa
ibadah berarti perendahan diri, ketundukan, atau kepatuhan. Dan menurut istilah
ibadah merupakan suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah
dan di ridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang tersembunyi
(batin) maupun yang nampak (lahir). D
Dari uraian tersebut dapat kita peroleh bahwa keimanan
meliputi keyakinan, ucapan, dan perbuatan yang nampak dalam kehidupan
sehari-hari sebagaimana seperti yang telah ditegaskan dalam rukun islam.
Implikasi
Taqwa dalam Islam
Taqwa menyangkut hubungan manusia dengan Allah, tetapi
memiliki makna dan implikasi kemanusiaan yang sangat luas. Nilai-nilai
kemanusiaan sebagai akibat ketaqwaan itu diantaranya:
a)
Berilmu, taqwa menjadi ukuran baik buruknya
seseorang, dan seseorang bisa mengetahui hal tersebut memerlukan pengetahuan
atau ilmu.
b)
Kepatuhan dan kedisiplinan, taqwa menjadi
indikator beriman tidaknya seseorang kepada Allah. Sebab, setiap perintah dan
larangan dalam Al-quran selalu dalam konteks keimanan kepada Allah. Oleh karena
itu setiap orang yang mengamalkan taqwa kepada Allah pasti ia beriman, tapi
tidak setiap orang beriman bisa menjalani proses ketaqwaannya.
c)
Sikap hidup dinamis, taqwa pada dasarnya
merupakan suatu proses dalam menjaga dan memelihara hubungan baik dengan Allah,
sesama manusia, dan alam. Karena berhadapan dengan situasi yang berkembang dan
berubah-ubah, maka dari proses ini manusia taqwa membentuk suatu cara dan sikap
hidup.
d)
Kejujuran, keadilan, dan kesabaran, tiga hal ini
merupakan dasar-dasar kemanusiaan universal dan merupakan bagian yang
ditonjolkan dalam ayat-ayat taqwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar