Selasa, 30 Desember 2014

Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan

Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan

Keimanan dan Ketaqwaan
Iman artinya mempercayai dengan hati, mengucapkan dengan lidah, melakukan dengan perbuatan. Mengucapkan dua kalimat syahadat adalah salah satu syarat agar seseorang dikatakan beriman kepada Allah swt dan Rasulullah saw. Tidak akan sempurna iman seorang hamba sehingga apa yang ada ditangan Allah swt lebih dipercayainya daripada apa yang ada ditangannya sendiri. Diantara tanda-tanda yang dapat dipercaya atas agama Allah swt setelah pengakuan dan perbuatan adalah tegas dalam perintahnya, adil dalam hukumnya, dan mempunyai sifat belas kasih terhadap rakyatnya.
Taqwa berarti memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dan selain itu pengertian taqwa juga dapat ditambahkan dengan menerima dengan ikhlas (ridho) atas segala hukum-hukum dan ketentuan Allah.
4 pilar keimanan dan ketaqwaan dalam Islam menurut Imam ‘Ali bin Abi Tholib k.w. :
1.       Sabar : 
a.       Rindu (syauq), barang siapa yang merindukan surga ia akan    melupakan segala godaan hawa nafsu.
b.      Takut (syafaq), barang siapa yang taku akan neraka ia akan meninggalkan segala yang diharamkan.
c.       Zuhud, barang siapa yang zuhud didunia ia akan menganggap ringan segala musibah.
d.      Antisipasi (taroqqub), barang siapa yang mengantisipasi kematian ia akan bergegas melakukan amal-amal kebajikan.
2.       Iman :
a.       Memandang segala sesuatu dengan ketajaman pikiran, maka ia akan jelas mendapatkan hikmahnya.
b.      Menafsirkan dengan hikmah, maka ia akan mengenal pelajaran.
c.       Menjadikan pelajaran sebagai nasihat, maka seakan-akan dia akan termasuk orang-orang terdahulu.
d.      Sunnah orang-orang terdahulu.
3.       Keadilan :
a.       Menyelami pemahaman, maka ia akan mengalami kedalaman ilmu.
b.      Mendalami ilmu, maka ia akan keluar dari syariat-syariat hukum.
c.       Mengetahui inti sari hukum.
d.      Kukuh dalam kesabaran, dia tidak akan melampaui batas dalam semua urusannya dan akan hidup ditengah-tengah masyarakat sebagai orang terpuji.
4.       Jihad :
a.       Mengajak kepada kebaikan, maka dia telah membantu orang-orang mukmin.
b.      Mencegah kemungkaran, maka dia telah merendahkan orang-orang kafir.
c.       Lurus dalam setiap keadaan, maka dia merasakan semua kebutuhannya terpenuhi.
d.      Membenci orang-orang fasik, maka Allah akan marah karena marahnya dan Dia akan menjadikannya ridho pada hari kiamat.

Ketakwaan dan keimanan seorang mukmin mempunyai 3 waktu; waktu dia bermunajat kepada Tuhan-nya, waktu dia bekerja, dan waktu dia menikmati kesenangan dirinya (yang dihalalkan). Orang bijak hanya merasa mantap pada 3 keadaan yaitu; memperbaiki kehidupannya, melangkah dalam urusan akhirat, dan menikmati kesenangan dalam yang tidak diharamkan.
                Implikasi Iman dalam Islam
Iman yang pertama ditujukan kepada Allah swt kemudian dengan iman kepada malaikat-malaikat Allah, kitab suci Al-Quran, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kepada qada dan qadar. Semua itulah yang dimaksud dengan rukun iman yang berjumlah enam unsur keimana yang harus diyakini. Dalam suatu hadist Rasulullah saw pernah bersabda bahwa iman itu cabangnya lebih dari enam puluh, dan perasaan malu adalah salah satu cabang dari iman (diriwayatkan oleh Imam Bukhari).
Cabang iman yang paling tinggi yaitu mengakui bahwa tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah swt dan yang paling rendah yaitu menyingkirkan apa saja yang dapat mendatangkan celaka (Diriwayatkan oleh Iman Muslim). Jadi iman itu meliputi seluruh perbuatan yang mengandung kebaikan dan manfaat terhadap manusia dan makhluk lainnya yang dapat kita sebut dengan ‘amal shalih’.
Oleh karena itu islam sangat berkaitan dengan perbuatan, yaitu perbuatan yang baik yang tentunya didasarkan karena Allah semata. Perbuatan yang serupa inilah yang disebut dengan ‘ibadah’. Menurut bahasa ibadah berarti perendahan diri, ketundukan, atau kepatuhan. Dan menurut istilah ibadah merupakan suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan di ridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir). D
Dari uraian tersebut dapat kita peroleh bahwa keimanan meliputi keyakinan, ucapan, dan perbuatan yang nampak dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana seperti yang telah ditegaskan dalam rukun islam.
                Implikasi Taqwa dalam Islam
Taqwa menyangkut hubungan manusia dengan Allah, tetapi memiliki makna dan implikasi kemanusiaan yang sangat luas. Nilai-nilai kemanusiaan sebagai akibat ketaqwaan itu diantaranya:
a)      Berilmu, taqwa menjadi ukuran baik buruknya seseorang, dan seseorang bisa mengetahui hal tersebut memerlukan pengetahuan atau ilmu.
b)      Kepatuhan dan kedisiplinan, taqwa menjadi indikator beriman tidaknya seseorang kepada Allah. Sebab, setiap perintah dan larangan dalam Al-quran selalu dalam konteks keimanan kepada Allah. Oleh karena itu setiap orang yang mengamalkan taqwa kepada Allah pasti ia beriman, tapi tidak setiap orang beriman bisa menjalani proses ketaqwaannya.
c)       Sikap hidup dinamis, taqwa pada dasarnya merupakan suatu proses dalam menjaga dan memelihara hubungan baik dengan Allah, sesama manusia, dan alam. Karena berhadapan dengan situasi yang berkembang dan berubah-ubah, maka dari proses ini manusia taqwa membentuk suatu cara dan sikap hidup.
d)      Kejujuran, keadilan, dan kesabaran, tiga hal ini merupakan dasar-dasar kemanusiaan universal dan merupakan bagian yang ditonjolkan dalam ayat-ayat taqwa.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar