Persaingan
Tidak Sehat Melalui Iklan Antara Coca-Cola VS Pepsi
Sejak didirikan, Coca Cola baru
mengeluarkan merek lain pada 1960-an, yakni Sprite, Fanta, dan Fresca. Diet
Coke dan Cherry Coke diperkenalkan pada 1980-an sedangkan merek Powerade baru
muncul pada 1990-an. Hingga saat ini, Coca Cola hanya berbasis pada kategori
minuman dan belum merambah ke sektor lain.
Lain halnya dengan PepsiCo yang lebih
peka dalam dan selangkah lebih maju dalam hal ini. Ketika Coca Cola sibuk
membeli dan mengakuisisi perusahaan minuman lain di seluruh dunia, PepsiCo
sudah selangkah lebih maju dengan merambah industri makanan, seperti berbagai
macam snack berlabel Frito-Lay dan makanan sehat berlabel Quaker.
Hal ini menimbulkan persaingan tak sehat
melalui iklan antara coca cola dengan pepsi dengan sangat menonjol saling
menjatuhkan.Sangat tidak etis!!!,Namun di sukai oleh konsumen atas bentuk iklan
yang unik ini namun seharusnya tidak patut di contoh.
Pepsi-Cola Company yang berdiri sejak
1898, sudah melakukan ekspansi bisnis ke beberapa produk makanan. Merger dengan
Frito-Lay pada 1965 menandai lahirnya nama PepsiCo, sebagai payung perusahaan.
Perang merek yang
membuat semua orang di dunia pemasaran menahan nafas, mengerinyitkan dahi dan
kemudian garuk-garuk kepala, tentu saja antara dua merek raksasa yaitu Coca Cola dan Pepsi.
Kedua-duanya berasal dari Amerika Serikat, negara yang sekarang sedang sibuk
mengadakan pilcapres.
Semenjak dua merek tersebut ditahbiskan,
masing-masing pada tahun 1886 dan 1903 antara keduanya sudah terjadi
persaingan, saling sikut dan perang iklan, baik iklan cetak dan video. Mereka
berambisi bisa meraih dominasi pasar minuman ringan berkarbonasi. Bisa
dimaklumi kalau terkadang masalah etika sedikit terkesampingkan.
Iklan yang tidak etis antara Coca cola
vs pepsi :
Banyak yang harus dibenahi dalam
strategi perencanaan dan pemasaran Coca Cola agar bisa bersaing
Iklan merupakan hal yang sangat Taktis.
Demi menjaga loyalitas kalangan
pelanggan, segala daya upaya pun dilakukan para produsen. Yang terutama adalah
makin memperkuat lini pemasaran. Langkah seperti itulah yang kini tengah
dilakukan PT Coca-Cola Indonesia. Lihat saja, mulai Januari ini, industri
minuman ringan terbesar di dunia itu mulai mengusung tagline iklan terbaru
bertajuk ”Hidup Ala Coca-Cola”.
Untuk mendukung program tersebut,
anggaran yang disiapkannya pun tak tanggung-tanggung. Hanya untuk belanja
iklannya saja (selama tahun 2007), Coca-Cola telah mengalokasikan dana sebesar
Rp 50 miliar.
Ada sejumlah pertimbangan yang menjadi
dasar perusahaan yang telah beroperasi sejak 1927 itu memperbarui kampanye
beriklannya. Di antaranya, menurut Arif Mujahidin (Media Relations Manager
Coca-Cola Indonesia), karena slogan yang lama—bunyinya ”Yang Segarnya Mantap
Itu Coca-Cola”—yang sudah berjalan sejak tahun 2004—dianggap sudah tak sesuai
lagi dengan tuntutan pasar.
Secara konsep, tagline yang baru itu
merupakan kelanjutan dari slogan yang sebelumnya. Dan sebenarnya pula, slogan
yang lama tidaklah buruk-buruk amat. Malah sebaliknya, menurut sejumlah
pengamat di bidang ini, iklan tersebut terbilang berhasil menarik awareness
masyarakat konsumen, khususnya di kalangan anak-anak muda. Kekuatannya, di
antaranya, muncul dari sosok Jamie Aditya yang menjadi bintang dalam iklan itu,
yang dinilai sukses memerankan figur orang desa yang lugu tapi memiliki
”selera” layaknya anak-anak kota.
Sungguh, iklan tersebut memiliki konsep
yang amat taktis, terutama di tengah-tengah iklim persaingan antarproduk
minuman ringan yang makin ketat seperti sekarang ini. Lewat slogan tersebut,
Coca-Cola tak cuma bertekad mempertahankan pangsa di kalangan anak-anak muda di
perkotaan, tapi juga mencoba memperluas pasar hingga ke pedesaan.
Nah, dengan tagline yang baru, tampaknya
minuman ringan ini bersikeras makin memperkokoh eksistensinya. Dengan kata
lain, menurut Arif, produk ini akan semakin mendapat tempat di kalangan remaja.
Itu sebabnya makna yang terkandung di
dalam pesan iklan yang baru ini tak jauh dari kehidupan pasarnya, yakni
mendorong kalangan remaja agar senantiasa bersikap positif, optimistis, dan
menyadari bahwa kebahagiaan merupakan pilihan dalam menjalani hidup. Dengan
konsep ini, plus dukungan anggaran yang terbilang besar, ”Target penjualan di
tahun ini akan meningkat
Coca cola tahun 2008 ini juga melakukan
promosi, Salah satu strategi pemasaran yang dianggap jitu adalah dengan
memanfaatkan film-film sohor seperti James Bond 007. Berkenaan dengan hal itu,
The Coca-Cola Company meluncurkan Coca-Cola Zero Zero 7 dalam satu kampanye
pemasaran terintegrasi di lebih dari 50 negara seluruh dunia. Termasuk,
Indonesia.
Produk minuman berasa mantan tanpa gula
ini hadir dalam kemasan kaleng ukuran 250 mililiter dan 330 mililiter, serta
botol plastik ukuran 1,5 liter. “Karakter James Bond sesuai dengan tema
Coca-Cola Zero,”
Customer push
Coca-cola memiliki beberapa program
untuk mendukung penjualan dan pemasaran produk-produknya. Program tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen, yaitu:
- Program Promosi
Mempunyai program promosi yang beragam,
yang tidak hanya untuk meningkatkan penjualan dan pemasaran, tetapi juga
meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk .
- Layanan Konsumen
Di Coca-Cola, Customer Service System
(CSS), sistem pelayanan pelanggan, didesain untuk meningkatkan kepuasan dan
loyalitas konsumen secara terus-menerus terhadap produk-produk Coca-Cola dengan
menyediakan pelayanan yang optimal kepada seluruh pelanggan berdasarkan
kebutuhan mereka masing-masing.
- Area Marketing Contractor
Terbatasnya sumberdaya dan kemampuan
untuk melakukan pengembangan daerah tertentu, sekaligus komitmen untuk
menciptakan peluang kerja yang luas di sektor informal, mendorong Coca-Cola
untuk secara serius dan berkesinambungan mengembangkan jaringan Distribusi Tak
Langsung (Indirect Distribution) berbasis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di
Indonesia. Sistem Distribusi ini mengandalkan dua kelompok usaha kecil dan
menengah yang terbagi dalam dua kelompok besar: Area Marketing Contractor (AMC)
dan Street Vending.
- Layanan Pendingin Produk
Riset membuktikan bahwa 90% konsumen
kami lebih menyukai membeli produk-produk Coca-Cola dalam keadaan dingin. Hal
ini menunjukkan bahwa peranan Cold Drink Equipment (peralatan pendingin) sangat
penting dalam meningkatkan pertumbuhan penjualan dan mendorong tingkat
keuntungan para pelanggan.
- HoReCa
Dengan bekerjasama dengan berbagai
Hotel, Restaurant,
-Merchandising
Menyediakan pernak pernik untuk mendorong konsumen membeli produk coca cola
Menyediakan pernak pernik untuk mendorong konsumen membeli produk coca cola
Respon :
Pepsi hanya menjadi Raja pasar di
Amerika.. Tapi secara dunia, Coca Cola menjadi Raja dengan brand yang sangat
kuat. Coba kita bertanya ke salah satu orang di pelosok Indonesia, orang akan
lebih mengenal Coca Cola daripada Pepsi.
Kalau kita perhatikan, iklan- iklan
Pepsi banyak yang menggunakan pendekatan perbandingan.
Contoh, orang coca cola ternyata malah
minum Pepsi. Atau tes rasa antara Pepsi dan Coca Cola, yang orang2 lebih
memilih Pepsi.(mungkin, secara taste banyak orang mengatakan bahwa Pepsi memang
lebih enak).
Menurut kami periklanan Coca Cola,
masihlah kuat. Mungkin karena brandnya sudah begitu nempel, jadi iklannya pun
lebih ke awareness konsumen saja dan hanya sekedar
mengingatkan soal refreshing feeling-nya Coca Cola. Tidak lagi menyuruh orang
membeli Coca Cola.
Coca cola tidak perlu membuat
perbandingan dengan Pepsi…karena untuk apa? Toh coca cola sudah jadi leader.
Mengapa coca cola menciptakan banyak
varian seperti New Coke (dulu,yang akhirnya di-tentang oleh konsumen loyal Coke
di Amrik), Diet Coke atau Vanilla Coke… well, karena brand itu harus
berkembang. Jadi bukan karena iklannya tidak membantu penjualan.
Demikian analisa tentang persaingan
iklan antara coca cola dan pepsi cola.